culasatu.com- Salah seorang pemilik pondok pesantren salafi di Kabupaten Pandeglang, Banten, merasa resah akibat adanya saluran air pembuangan limbah rumah tangga yang dibuang sembarangan. Selain berbau tidak sedap, Pondok pesantren yang ada dikaki Gunung Karang itu pun harus kehilangan puluhan santrinya akibat merasa terganggu oleh air pembuangan limbah tersebut.
Pantauan dilokasi, penampakan saluran air pembuangan limbah rumah tangga yang dibuang sembarangan, oleh salah satu pemilik rumah di Kampung Cengkel, Kelurahan Cilaja, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang. Saluran pembuangan limbah tersebut mengalir begitu saja tanpa adanya safty tank, bahkan mengalir ke halaman rumah salah seorang pemilik pondok pesantren salafi. Akibatnya, bau tak sedap kerap mengganggu, terlebih jika musim kemarau tiba.
“Ini berlangsungnya sudah dua tahun yang lalu, pemilik rumah ini tidak membuat penampung kotoran atau safty tank. Akhrinya mengalir di depan halaman pondok pesantren saya,” kata Hayati, pemilik pondok pesantren, Jumat 17 Desember 2021.
Tak sampai disitu, Hayati mengatakan bahwa puluhan santri di pondok pesantren yang menuntut ilmu di pesantren miliknya pun memilih untuk keluar karena tidak kuat menahan bau tidak sedap dari limbah kotoran tersebut.
“Disini kan banyak santri ada pengajian ibu-ibu juga, pada ngeluh karena bau tidak sedap. Santri saya pun pada pulang semua karena tidak betah,” terangnya.
Hayati mengaku sangat terganggu dengan adanya pembuangan limbah kotoran yang mengalir didepan rumah dan pondok pesantrennya tersebut, padahal dirinya seringkali menegur pemilik rumah agar membuat safty tank, namun tegurannya tidak pernah digubris. Tidak hanya itu, dua tahun lalu tebing rumah tetangganya tersebut pernah longsor dan merusak beberapa kamar santri dan rumah miliknya.
“Kalau dibilang terganggu ya terganggu, saya sudah sering mengingatkan agar membuat safty tank namun sampai saat ini tidak pernah dibuat. Dan tembok rumahnya longsor pun sampai sekarang tidak kunjung diperbaiki,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekertaris Lurah Cilaja, Djum mengaku belum menerima laporan adanya saluran air pembuangan yang dilakukan sembarangan. Dirinya hanya pernah menerima laporan terkait longsor beberapa tahun lalu. Menurutnya, pihaknya akan segera melakukan mediasi antara pemilik rumah dan pondok pesantren untuk mencari jalan keluar atas permasalah tersebut jika memang benar terjadi.
“Kalau laporan sampai sekarang belum ada, yang ada longsor saja. Cuma nanti kita akan memanggil RT/RW setempat untuk mengetahui persoalan apa yang terjadi, sampai pemilik rumah ini tidak membuat safty tank untuk membuang limbah rumah tangganya,” singkatnya.