Emping Melinjo Jadi Sumber Mata Pencaharian, Omzet Capai Rp10 Juta Perbulan

Culasatu.com- Emping melinjo atau kaceprek melinjo merupakan oleh-oleh khas Banten, yang saat ini banyak digemari oleh masyarakat. Rasanya yang renyah dan gurih merupakan ciri khas dari emping melinjo.

Salah satu sentra pembuatan emping melinjo berada di Kabupaten Lebak, tepatnya di Kampung Cipeuteuy, Desa Baros, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak.

Bacaan Lainnya

Geliat pengrajin emping melinjo di kampung Cipeuteuy tersebut menjadi sumber mata pencaharian bagi warga sekitar.

Dalam setiap harinya sentra pembuatan emping bisa menghasilkan 20 kilogram emping melinjo mentah yang siap di kirim ke pasaran.

Susilawati salah seorang pemilik sentra pembuatan emping melinjo, mengatakan, awal dirinya membuka usaha tersebut berawal dirinya mengambil pesanan Emping ke orang untuk dijual lagi.

“Jadi awalnya saya hanya membeli saja ke orang, terus kemudian dijual lagi. Nah saya kepikiran kenapa saya gak produksi sendiri,” katanya Susilawati, Rabu 13 Desember 2022.

Dirinya menyebutkan usahanya itu berawal dari kecil-kecilan, akhirnya mencoba dan membuka sentra pembuatan emping melinjo di rumahnya.

“Terus akhirnya saya mencoba, Alhamdulillah hingga saat ini berjalan dari awalnya kecil-kecilan hingga sekarang mulai besar,” ujarnya.

Sentra pembuatan emping ditempatnya sekaligus memperkenalkan kuliner khas Banten Emping tersebut, bersama warga lainnya.

Saat ini ditempat Susilawati ada 4 orang karyawan yang sudah bekerja rutin setiap hari ditempatnya dalam membuat emping.

Proses pembuatan emping juga dengan telaten dikerjakan oleh empat karyawan, dimulai dari pengolahan hingga menjadi emping.

“Jadi pembuatan emping melinjo itu mudah ya, jadi emping nya itu di sangrai atau masak dengan wajan yang kasih pasir. Paling membutuhkan waktu 3 menit yah, sampai matang,” terangnya.

Dirinya melanjutkan setelah itu, emping di kupas dari kulit dan siap dibentuk menjadi emping dengan berbagai ukuran.

“Setelah itu dikupas dan digeprek sesuai ukuran, ada emping ukuran 1,2,3,4 hingga ukuran 7. Jadi emping ini ada ukuran-ukurannya. Jadi setelah digeprek, ditaro pada wadah dan disusun untuk kemudian di jemur hingga kering,” tuturnya.

Bahan baku emping di dapatkan oleh Susilawati berasal dari Kabupaten Lebak dan sekitarnya, yang dikirimkan oleh tengkulak.

Emping melinjo yang dikirim ke tempatnya ada yang mencapai 20 sampai 50 kilogram hingga ada yang 1 kuintal dikirim.

Dalam sebulan omzet yang didapatkan dari emping juga cukup besar, dengan empat karyawan yang saat ini.

“Kalo ngitung omzet sebulan itu bisa mencapai Rp10 juta, itu juga masih kotor kita juga harus bayar biaya produksi dan karyawan,” jelasnya.

Menurutnya, sebuah usaha bukan tanpa halangan, tetapi ada faktor lain yakni cuaca dalam proses pembuatan emping.

“Kendalanya itu di cuaca, kalo gak mendukung mendung seharian kita harus menjemur di lain waktu,” ucapnya.

Ia menyebutkan bahwa emping melinjo miliknya itu sudah dipasarkan ke berbagai daerah di Provinsi Banten dan juga diluar kota seperti DKI Jakarta.

“Alhamdulillah kalau untuk di Provinsi Banten sudah semua wilayah, dan sudah ke wilayah DKI Jakarta juga,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *